SEMARANG, – Setiap harinya, truk yang mengangkut sampah dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk berkeliling Semarang memulai aktivitasnya pukul 07.00 pagi dan selesai pukul 12.00 siang. Kemudian mulai beroperasi kembali dari pukul 12.00 hingga 17.00 sore hari. Truk-truk milik pemerintah hanya beroperasi setengah hari, kemudian dilanjutkan oleh mobil pick up dari pihak swasta.
Lokasi tempat sampah dibagi menjadi dua, bagian atas khusus utuk sampah-sampah lama atau yang sudah tidak aktif dan nantinya akan dijadikan Gas Metaline. Sampah yang masih aktif di lokasikan di daerah bawah. Gas Metaline ini nantinya, akan di manfaatkan untuk proses selama di TPA. Kemudian dibagikan juga kepada penduduk sekitar yang lokasinya tidak jauh dari TPA.
Sepanjang lokasi TPA dipenuhi dengan para pengepul atau para pengumpul barang bekas yang datang dari berbagai kota. Para pemulung tidak perlu membayar sejumlah uang kepada pihak pengelola TPA, tetapi semua sampah yang masuk bebas untuk dipilih. Para pemulung banyak memanfaatkan sampah jenis kertas seharga Rp 500,-/kg, kardus Rp 800,-/ kg dan botol kaca perkg Rp 500,-/kg.
Suasana berbeda tergambar dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA ) Jatibarang. Tempat pembuangan sampah yang berlokasi di kelurahan Kedung Pane Kecamatan Mijen Kota Semarang. Ada kisah perjuangan terlahir dari sini, dari tumpukan sampah yang bagi sejumlah orang bukanlah hal yang bernilai. Dari sini perjuangan seorang bapak dimulai. Berasal dari Rembang, lelaki paruh baya berusia 58 (th)ini, menyambung hidup dan menyekolahkan anak-anaknya dari berjualan barang bekas.
“Sudah lima tahun saya menggantungkan hidup di TPA Jatibarang. Saya merantau dari Rembang. Untuk menafkahi satu orang istri dan lima orang anak. Alhamdulillah, penghasilan saya cukup untuk makan dan biaya sekolah anak.”kata Sugiman (58th), Sabtu (8/8)
“Sudah lima tahun saya menggantungkan hidup di TPA Jatibarang. Saya merantau dari Rembang. Untuk menafkahi satu orang istri dan lima orang anak. Alhamdulillah, penghasilan saya cukup untuk makan dan biaya sekolah anak.”kata Sugiman (58th), Sabtu (8/8)
Kurang lebih Sugiman memperoleh penghasilan sebesar Rp 100.000,- setiap harinya. Dengan mencari barang bekas yang memiliki nilai jual dan kemudian di jual ke pemasok. Dari sesuatu yang bagi sebagian orang bukan hal yang berharga. Kini barang tak berharga itu menjadi jalan penyambung hidup bagi ratusan pemulung yang menggantungkan hidupnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang.
Post a Comment
Diharapkan jangan berkata-kata yang kurang enak, karena itu akan mengganggu orang yang membacanya, dan berikan saran anda jika blog kami masih kurang berkenan.
terimakasih,
Admin