Dilansir dari Telecom Asia, Senin (23/11/2015), laporan tersebut menyebutkan bahwa prediksi itu lebih rendah dari periode sama tahun sebelumnya, yang mana risiko target serangan siber ke Asia Tenggara lebih tinggi 7 persen.
Sementara, 29 persen dari total organisasi diprediksi bakal menjadi target serangan tingkat tinggi di pertengahan tahun ini. Setidaknya, Thailand (40%) dan Filipina (39%) bakal menjadi dua negara di kawasan tersebut yang berisiko tinggi diserang.
Selain itu, lebih dari sepertiga malware jenis advanced persistent threat (APT) yang terdeteksi, bakal menyerang industri hiburan, media, dan perhotelan. Malware itu memiliki akses ke berita-berita sebelum ditayangkan, dan berpotensi mengungkap informasi rahasia.
"Pengintaian bukanlah hal baru, namun kerap meningkat di ranah dunia maya, dan Asia Tenggara menjadi target empuk bagi mereka," ujar Eric Hoh, President FireEye for Asia Pasifik dan Jepang.
Lanjutnya, "Masalah geopolitik bisa memicu terjadinya serangan siber karena Asia Teggara mulai menjadi pemain ekonomi besar di dunia, dan adanya ketegangan di Laut China Selatan, perusahaan harus bersiap atas serangan siber," ujarnya.
Pada April 2015, FireEye merilis dokumentasi tentang kelompok APT yang merujuk pada PT30, sebuah kelompok yang melakukan pengintaian siber untuk sektor bisnis, pemerintahan, dan para jurnalis di Asia Tenggara selama 10 tahun.
Tak hanya itu, grup malware bernama Lecna terdeteksi menyerang 7 persen dari total pelanggan FireEye di Asia Tenggara pada pertengahan 2015.
Post a Comment
Diharapkan jangan berkata-kata yang kurang enak, karena itu akan mengganggu orang yang membacanya, dan berikan saran anda jika blog kami masih kurang berkenan.
terimakasih,
Admin