Proposal
Pemanfaatan Rebung (Dactylokladusstenostachys)
Untuk Bahan Stick
Disusun oleh :
Kelas : XII-A1
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 TULUNGAGUNG
Jl. KI HAJAR DEWANTARA 21 MARET 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal berjudul : “PEMANFAATAN REBUNG (Dactylokladusstenostachys) UNTUK BAHAN STICK”
Telah disetujui oleh :
Guru Pembimbing 1 Guru Pembimbing 2
Dra. Maya Hesti, M.Pd Boyman, S.Pd
NIP. 19621206 199003 2 012 NIP. 19621206 199003 2 021
Mengetahui
Kepala Madrasah
Dra. Miftachurrohmah, M.Ag
NIP. 19621206 199003 2 001
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga terbentuklah proposal ini dengan judul
“Rebung sebagai bahan stik”.
Pada kesempatan ini kami megucapkan terima kasih banyak kepada Bapak/Ibu Guru pembimbing yang telah memberikan dorongan saran maupun kritik yang bersifat membangun untuk penyusunan hingga terbentuklah proposal ini. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan kritik dan sarannya untuk memperbaiki proposal ini.
Kami menyadari sepenuhnya karena proposal ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan dan kesempurnaan dalam proposal di masa selanjutnya.
Pada kesempatan ini kami megucapkan terima kasih banyak kepada Bapak/Ibu Guru pembimbing yang telah memberikan dorongan saran maupun kritik yang bersifat membangun untuk penyusunan hingga terbentuklah proposal ini. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan kritik dan sarannya untuk memperbaiki proposal ini.
Kami menyadari sepenuhnya karena proposal ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan dan kesempurnaan dalam proposal di masa selanjutnya.
Kudus, 21 Maret 2015
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………..HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN 1.1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………..
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………………….
1.5 Hipotesis penelitian………………………………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rebung………………………………………………………………………………
METODE PENELITIAN
3.1 Sampel………………………………………………………………………….......
3.2 Tempat dan waktu penelitian………………………………………………………...
3.3 Alat dan bahan………………………………………………………………………
3.4 Cara kerja…………………………………………………………………………..
3.5 Rancangan penelitian………………………………………………………………....
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
LAMPIRAN
1. Rincian Biaya Penelitian…………………………………………………….......................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Rebung merupakan tunas muda tanaman bambu yang muncul di permukaan dasar rumpun. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai di tempat dengan ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut.
Tunas bambu muda tersebut enak dimakan, sehingga digolongkan ke dalam sayuran. Rebung yang sering dikenal dengan nama bung (bahasa Jawa), oleh masyarakat pedesaan sudah sejak zaman dahulu dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Dalam bahasa Inggris, rebung dikenal dengan sebutan bamboo shoot. Rebung tumbuh dibagian pangkal rumpun bambu dan biasanya dipenuhi oleh glugut (rambut bambu) yang gatal.
Morfologi rebung berbentuk kerucut, setiap ujung glugut memiliki bagian seperti ujung daun bambu, tetapi warnanya cokelat. Pemanenan rebung dapat dilakukan sepanjang tahun. Panen raya rebung terjadi pada musim hujan, yaitu antara bulan Desember-Februari. Biasanya rebung dipanen saat tingginya telah mencapai 20 cm dari permukaan tanah, dengan diameter batang sekitar 7 cm.
Kandungan serat pangan pada rebung juga cukup baik. Kandungan serat pangan pada rebung adalah 2,56 persen, lebih tinggi dibandingkan jenis sayuran tropis lainnya, selain itu rebung mempunyai kandungan kalium cukup tinggi. Kadar kalium per 100 gram rebung adalah 533 mg. Makanan yang serat kalium, yaitu minimal 400 mg, dapat mengurangi risiko stroke. Stick merupakan makanan yang sangat dinikmati masyarakat.
Rebung merupakan tunas muda tanaman bambu yang muncul di permukaan dasar rumpun. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai di tempat dengan ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut.
Tunas bambu muda tersebut enak dimakan, sehingga digolongkan ke dalam sayuran. Rebung yang sering dikenal dengan nama bung (bahasa Jawa), oleh masyarakat pedesaan sudah sejak zaman dahulu dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Dalam bahasa Inggris, rebung dikenal dengan sebutan bamboo shoot. Rebung tumbuh dibagian pangkal rumpun bambu dan biasanya dipenuhi oleh glugut (rambut bambu) yang gatal.
Morfologi rebung berbentuk kerucut, setiap ujung glugut memiliki bagian seperti ujung daun bambu, tetapi warnanya cokelat. Pemanenan rebung dapat dilakukan sepanjang tahun. Panen raya rebung terjadi pada musim hujan, yaitu antara bulan Desember-Februari. Biasanya rebung dipanen saat tingginya telah mencapai 20 cm dari permukaan tanah, dengan diameter batang sekitar 7 cm.
Kandungan serat pangan pada rebung juga cukup baik. Kandungan serat pangan pada rebung adalah 2,56 persen, lebih tinggi dibandingkan jenis sayuran tropis lainnya, selain itu rebung mempunyai kandungan kalium cukup tinggi. Kadar kalium per 100 gram rebung adalah 533 mg. Makanan yang serat kalium, yaitu minimal 400 mg, dapat mengurangi risiko stroke. Stick merupakan makanan yang sangat dinikmati masyarakat.
Pemanfaatan rebung menjadi makanan yang mempunyai keunikan
dan nilai gizi yang tinggi tentunya akan menjadi sesuatu kelebihan
tersendiri.
Tulungagung sendiri khususnya di daerah pedesaan tersedia banyak jenis
pohon bambu, sebagian besar dapat dimanfaatkan rebungnya. Bahan makanan
yang alami membuat makanan ini cocok dinikmati semua kalangan dari
balita hingga manula. Stick juga telah dikenal oleh masyarakat sebagai
makanan ringan atau jajan yang sangat disukai. Bahan baku yang berbeda
diharapkan akan menjadi sesuatu cemilan yang menarik dan santapan
harian masyarakat luas.
1.2 Rumusan Masalah
• Bagaimana memanfaatkan rebung (tunas bambu) menjadi makanan yang mempunyai nilai ekonomi?
• Bagaimana menjadikan stick rebung dikenal masyarakat luas sebagai makanan yang tinggi serat dan kalium tinggi bermanfaat bagi kesehatan?
1.3 Tujuan Penelitian
• Memanfaatkan rebung menjadi makanan yang kaya serat dan kalium.
• Mempopulerkanproduk makananbergizi berbahan baku rebung yang dibutuhkan tubuh manusia dalam kehidupan.
1.4 Manfaat Penelitian
• Menciptakan jenis makanan baru yang menjadi menu pilihan konsumsi masyarakat.
• Kami dapat mempelajari dan mempraktekkan secara langsung.
• Diharapkan nantinya masyarakat umum dapat menyerap ilmu yang akan kami tularkan sehingga dapat menambah pengetahuan.
1.5 HipotisisPenelitian
Ha : Rebung dapat dijadikan sebuah bahan stick
Ho : Rebung tidak dapat dijadikan sebuah bahan stick
• Bagaimana memanfaatkan rebung (tunas bambu) menjadi makanan yang mempunyai nilai ekonomi?
• Bagaimana menjadikan stick rebung dikenal masyarakat luas sebagai makanan yang tinggi serat dan kalium tinggi bermanfaat bagi kesehatan?
1.3 Tujuan Penelitian
• Memanfaatkan rebung menjadi makanan yang kaya serat dan kalium.
• Mempopulerkanproduk makananbergizi berbahan baku rebung yang dibutuhkan tubuh manusia dalam kehidupan.
1.4 Manfaat Penelitian
• Menciptakan jenis makanan baru yang menjadi menu pilihan konsumsi masyarakat.
• Kami dapat mempelajari dan mempraktekkan secara langsung.
• Diharapkan nantinya masyarakat umum dapat menyerap ilmu yang akan kami tularkan sehingga dapat menambah pengetahuan.
1.5 HipotisisPenelitian
Ha : Rebung dapat dijadikan sebuah bahan stick
Ho : Rebung tidak dapat dijadikan sebuah bahan stick
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rebung
Nama Latin : Dactylokladusstenostachys. Rebung merupakan salah satu bahan makanan yang cukup populer di masyarakat. Rebung biasanya dibuang kelopaknya, diris-iris, kemudian diolah dengan cara dikukus atau direbus. Rebung yang sering dikenal dengan nama bung (bahasa Jawa), oleh masyarakat pedesaan sudah sejak zaman dahulu dimanfaatkan sebagai bahan masakan.
2.1.1 Tunas Bambu
Rebung merupakan tunas muda tanaman bambu yang muncul di permukaan dasar rumpun. Tunas bambu muda tersebut enak dimakan, sehingga digolongkan ke dalam sayuran. Dalam bahasa Inggris, rebung dkenal dengan sebutan bamboo shoot. Rebung tumbuh dibaigian pangkal rumpun bambu dan biasanya dipenuhi oleh glugut (rambut bambu) yang gatal. Morfologi rebung berbentuk kerucut, setiap ujung glugut memiliki bagian seperti ujung daun bambu, tetapi warnanya cokelat.
Menurut klasifikasi botani, tanaman bambu termasuk kelas Monocotyle doneae, ordo Graminales, subfamili Dendrocalamae, genus Dendrocalamus, spesies Dendrocalamus asper Pemanenan rebung dapat dilakukan sepanjang tahun. Panen raya rebung terjadi pada musim hujan, yaitu antara bulan Desember-Februari. Biasanya rebung dipanen saat tingginya telah mencapai 20 cm dari permukaan tanah, dengan diameter batang sekitar 7 cm.
Apabila terlambat dipanen, dalam 2-4 bulan saja rebung sudah menjadi tanaman bambu lengkap. Biasanya rebung yang diambil adalah rebung yang tidak bisa tumbuh dewasa. Tidak semua rebung yang tumbuh dapat hidup menjadi bambu dewasa. Pada kalanya rebung yang telah berumur beberapa minggu, berhenti tumbuh dan akhirnya mati. Masyarakat pedesaan sudah paham jenis rebung yang tidak bisa tumbuh dewasa, sehingga harus dipanen ketika muda. Namun, bila tidak ada, rebung yang mana pun dapat diambil untuk sayuran.
Untuk mengambil rebung dari rumpun bambu tidaklah sulit Dengan menggunakan pisau besar, sabit, atau alat lain, rebung dapat dipotong pada bagian pangkalnya. Setelah itu, rebung dikupas untuk dibuang glugutnya. Setelah bersih, rebung kemudian dipotong-potong kecil sesuai selera. Di pasaran, rebung dijual dalam dua bentuk, yaitu bentuk utuh dan bentuk irisan-irisan tipis.
2.1.2 Jenis Bambu
Bambu banyak ditanam di daerah tropis Asia. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai di tempat dengan ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut. Tidak semua jenis bambu memiliki rebung yang enak dimakan. Beberapa jenis bambu memiliki rebung yang rasanya pahit Rebung yang biasa dibuat masakan, merupakan rebung pilihan.
Tidak semua rebung dapat diolah menjadi masakan. Bambu jenis apus (ping apus dalam bahasa Jawa) merupakan salah satu janis bambu yang tidak dapat diolah menjadi masakan, karena rasanya pahit. Jenis rebung yang memiliki cita rasa enak adalah rebung kuning, rampal/suling, ori, dan ater. Rebung dari bambu betung memiliki rasa paling enak. Rebung betung berwarna merah cokelat dan subang (ujung kelopak) pada ujung rebung berwarna ungu. Rebung dilindungi oleh kelopak-kelopak kuat yang berbulu halus.
2.1.3 Kaya Kalium
Senyawa utama didalam rebung mentah adalah air, yaitu sekitar 91 persen. Disamping itu, rebung mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, thiamin, riboflavin, vitamin C, serta mineral lain seperti kalsium, fosfor, besi, dan kalium. Bila dibandingkan dengan sayuran lainnya, kandungan protein, lemak, dan karbohidrat pada rebung, tidak berbeda jauh.
Rebung mempunyai kandungan kalium cukup tinggi. Kadar kalium per 100 gram rebung adalah 533 mg. Makanan yang sarat kalium, yaitu minimal 400 mg, dapat mengurangi risiko stroke. Peran kalium mirip dengan natrium, yaitu bersama-sama dengan klorida, membantu menjaga tekanan osmotik dan keseimbangan asam basa. Kalium menjaga tekanan osmotik dalam cairan intraseluler, dan sebagian terikat dengan Protein. Kalium juga membantu mengaktivasi reaksi enzim. Gejala kekurangan kalium biasanya berupa pelunakan otot.
2.1.4 Kaya Serat
Kandungan serat pangan pada rebung juga cukup baik.
Kandungan serat pangan pada rebung adalah 2,56 persen, lebih tinggi
dibandingkan jenis sayuran tropis lainnya, seperti kecambah kedelai
(1,27 persen), pecay (1,58 persen), ketimun (0,61 persen), dan sawi
(1,01 persen). Serat pangan (dietary fiber) sempat cukup lama dabaikan
sebagai faktor penting dalam gizi manusia karena tidak menghasilkan
energi. Selain itu, kekurangan serat tidak menimbufkan gejala spesifik,
seperti halnya yang terjadi pada kekurangan zat-zat gizi tertentu.
Akhir-akhir ini, melalui penelitian epidemiologis telah dibuktikan peran fisiologis serat pangan terhadap usus. Kurangnya konsumsi serat dapat menyebabkan timbulnya penyakit ala masyarakat Barat, seperti aterosklorosis (penyumbatan pembuluh darah), koroner, diabetes melitus (kencing manis), hiperkolesterolemia (kelebihan kolesterol), hipertensi, hiperlipidemia (kelebihan lemak), dan kanker kolon (usus besar). Serat pangan adalah senyawa berbentuk karbohidrat kompleks yang banyak tedapat pada dinding sel tanaman pangan.
Serat pangan tidak dapat dicerna dan diserap oleh saluran pencernaan manusia, tetapi memiliki fungsi yang sangat panting bagi pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan sebagai komponen penting dalam terapi gizi. Rata-rata konsumsi serat pangan penduduk Indonesia adalah 10,5 gram per hari. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia baru memenuhi kebutuhan serat sekitar sepertiga dan kebutuhan ideal sebesar 30 gram setiap hari.
Akhir-akhir ini, melalui penelitian epidemiologis telah dibuktikan peran fisiologis serat pangan terhadap usus. Kurangnya konsumsi serat dapat menyebabkan timbulnya penyakit ala masyarakat Barat, seperti aterosklorosis (penyumbatan pembuluh darah), koroner, diabetes melitus (kencing manis), hiperkolesterolemia (kelebihan kolesterol), hipertensi, hiperlipidemia (kelebihan lemak), dan kanker kolon (usus besar). Serat pangan adalah senyawa berbentuk karbohidrat kompleks yang banyak tedapat pada dinding sel tanaman pangan.
Serat pangan tidak dapat dicerna dan diserap oleh saluran pencernaan manusia, tetapi memiliki fungsi yang sangat panting bagi pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan sebagai komponen penting dalam terapi gizi. Rata-rata konsumsi serat pangan penduduk Indonesia adalah 10,5 gram per hari. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia baru memenuhi kebutuhan serat sekitar sepertiga dan kebutuhan ideal sebesar 30 gram setiap hari.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sampel
Berdasarkan penelitian yang akan kami lakukan, kami mengambil sampel dari rebung yaitu tunas bambu muda.
3.2 Waktu dan tempat
No Waktu Kegiatan Tempat
Berdasarkan penelitian yang akan kami lakukan, kami mengambil sampel dari rebung yaitu tunas bambu muda.
3.2 Waktu dan tempat
No Waktu Kegiatan Tempat
- 11Agustus 2012 Pengumpulan Proposal (Print Out) MAN 2 Tulungagung
- 11 Agustus 2012 Membuat Sampel di rumah Abdul Aziz
- 28-30 Agustus 2012 Melakukan Tindakan Penelitian di rumah Aziz
- 31 Agustus 2012 Analisis Penelitian MAN 1 Tulungagung di rumah Farid
- 2-3 september 2012 Pengetikan & Finishing di rumah Nurudduja
- 5 November 2012 Pengumpulan Karya Riset MAN 1 Tulungagung
3.3 Alat dan Bahan
Alat
• Wajan
• Ember
• Kompor
• Sepatula
• Panci
Bahan
1 Rebung 500 gr
2 Tepung terigu ½ kg
3 Minyak goreng 500 ml
4 Garam 1 ons
5 Bawang putih 7 siung
6 Ketumbar 10 gr
7 Daun jeruk 5 lembar
8 Air
3.4 Cara kerja
1. Rebung di potong korek
2. Potongan rebung tersebut direndam dalam air kapur selama 1 hari.
3. Rebung dikupas sampai bersih.
4. Kemudian di rebus dengan daun jeruk.
5. Ditiriskan sampai kering.
6. Haluskan bubmbu yang ada
7. Kemudian lumuri stick rebung dengan bumbu
8. Lalu goreng dengan menggunakan api yang sedang hingga berubah kecoklatan. Lalu tiriskan dan sajikan
3.5 Rancangan Penelitian
No. Hari ke- Kegiatan
1 I Memotong rebung
Merendam rebung dengan air kapur
2 II Ditiriskan dan dijemur
3 III Menghaluskan bumbu
Menggoreng rebung dengan bumbu hingga menjadi stick
3.6 Anggaran Dana
No. Bahan Jumlah Harga
1 Rebung 500 gr Rp 1.000.00
2 Tepung terigu ½ kg Rp 1.500.00
3 Minyak goreng 500 ml Rp 5.000.00
4 Garam 1 ons Rp 1.000.00
5 Bawang putih 7 siung Rp 1.000.00
6 Ketumbar 10 gr Rp 1.000.00
7 Daun jeruk 5 lembar -
8 Air Secukupnya Jumlah -
DAFTAR PUSTAKA
Post a Comment
Diharapkan jangan berkata-kata yang kurang enak, karena itu akan mengganggu orang yang membacanya, dan berikan saran anda jika blog kami masih kurang berkenan.
terimakasih,
Admin